Suatu kelompok peretas (hacker) asal
Perancis memperlihatkan
kebolehannya membobol sistem
keamanan browser milik Google,
Chrome. Ini merupakan pertama kali
bobolnya keamanan Chrome, yang
ditunjukkan secara terbuka kepada
publik.
Dalam sebuah kompetisi Pwn2own di
Kanada, kelompok peretas ini
menunjukkan kebolehannya
menembus sistem keamanan Google
di browser Chrome. Kemudian, para
peretas ini mengambil alih sebuah PC
Windows dalam waktu kurang dari
lima menit.
Hasil ini berbeda dari kompetisi
Pwn2own tahun lalu. Saat itu, Chrome
tetap tak tertembus hingga kompetisi
berakhir.
Kali ini, yang mampu mengendalkan
broswser ini adalah Vupen, sebuah
perusahaan kemanan asal Perancis.
Vupen merupakan perusahaan penuh
kontroversi, sebab kerap menjual
kelemahan suatu software yang
mereka temukan, untuk dijual ke agen
mata-mata suatu pemerintah.
“Kami ingin menunjukkan bahwa
Chrome bukan tidak dapat
dipecahkan,” kata Chaoki Bekrar,
kepala penelitian perusahaan tersebut
kepada ZDNet.
“Tahun lalu, kami melihat banyak
headline yang mengatakan tak satu
pun yang dapat mengendalikan
Chrome. Kami ingin memastikan
kelemahan Chrome pada tahun ini,”
ucapnya.
Vupen menggunakan dua kerentanan
yang tidak diketahui sebelumnya
untuk menjebol keamanan Chrome,
yang terlihat lebih kuat dari Firefox
dan Internet Explorer. Ini karena
kedua browser itu menggunakan
“sandboxing”.
Sedangkan, Chrome, browser
terpopuler kedua di dunia saat ini,
secara efektif mampu menjalankan
isolasi ke seluruh sistem operasi.
Bahkan jika software ini diretas, pihak
peretas tidak dapat mengendalikan
penuh sebuah komputer.
Perusahaan teknologi besar termasuk
Google, Microsoft dan Facebook tidak
memusuhi para peretas. Mereka kini
malah bekerja sama dengan para
hacker dan menawarkan imbalan
untuk penemuan tersebut, terutama
jika ada celah di sistem keamanan
mereka.
Bekrar mengatakan timnya bekerja
enam pekan sebelum kompetisi ini
untuk mencari kerentanan Chrome.
Mereka juga menemukan cara untuk
meng-hack Firefox dan Internet
Explorer, namun mereka ingin
menunjukkan bahwa Chrome bukan
tidak dapat di-hack.
“Ini bukan tes mudah untuk
menciptakan eksploitasi untuk
menghentikan semua proteksi dalam
sandbox,” katanya. “Saya dapat
mengatakan bahwa Chrome
merupakan salah satu browser yang
teraman,” ujarnya.
Vupen mengatakan akan merinci
detail bagaimana pihaknya
menghentikan teknologi privasi
sandbox Google untuk para
penggunanya.
Secara terpisah, Sergey Glazunov,
mahasiswa Rusia juga meretas
Chrome dan mengklaim mendapat
hadiah US$60.000. “Itu adalah
eksploitasi mengesankan,” kata Justin
Schuh, dari tim Google Chrome.
“Untuk itu diperlukan pemahaman
yang mendalam mengenai bagaimana
Chrome bekerja. Ini sangat sulit dan
itu sebabnya kami membayar US
$60.000,” ujarnya.
Google kini sedang memperbarui
keamanan Chrome untuk menambal
kerentanannya. | The Telegraph


Published with Blogger-droid v2.0.4